Rupiah Menguat di Tengah Rontoknya Mata Uang Asia
Nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,28 persen atau 39 poin ke posisi Rp14.058 per dolar AS pada akhir perdagangan pasar spot hari ini, Kamis (17/5). Cnni

Rupiah Menguat di Tengah Rontoknya Mata Uang Asia

Jumat, 18 Mei 2018|00:15:40 WIB




Jakarta: Nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,28 persen atau 39 poin ke posisi Rp14.058 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan pasar spot hari ini, Kamis (17/5).

 

Sejalan dengan kurs di pasar spot, kurs referensi Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) juga turut menguat ke kisaran Rp14.074 per dolar AS dari hari sebelumnya di posisi Rp14.094 per dolar AS. 

 

Sejalan dengan rupiah, rupee India berhasil menguat 0,15 persen, renmimbi China 0,07 persen, dan peso Filipina 0,06 persen. Namun kondisi terbalik dirasakan mayoritas mata uang negara di kawasan Asia yang justru melemah di hadapan dolar AS. 

 

Won Korea Selatan melemah 0,3 persen, yen Jepang minus 0,26 persen, baht Thailand minus 0,13 persen, dolar Singapura minus 0,08 persen, dan ringgit Malaysia minus 0,03 persen. 

 

Sementara untuk mata uang negara maju di dunia, mayoritas terpantau menguat, mulai dari euro Eropa 0,08 persen, pound sterling Inggris 0,31 persen, dolar Australia 0,22 persen, dan dolar Kanada 0,21 persen. 

 

Adapun penguatan rupiah pada hari ini bersamaan dengan akan dirilisnya hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada sore nanti. Sejumlah pihak mulai dari dunia usaha, bankir, hingga ekonom berharap bank sentral nasional rela mengerek suku bunga acuannya (BI 7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR). 

 

Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan diproyeksi menjadi kunci utama untuk mengurangi tekanan rupiah akibat kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve. 

 

"Karena masih ada tekanan dari rencana kenaikan The Fed yang sampai tiga kali sampai akhir tahun nanti. Untuk itu BI perlu menjaga jarak dengan suku bunga The Fed," kata ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan. 

 

agi/cnni







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita EKONOMI

MORE

MOST POPULAR ARTICLE