Pefindo Proyeksi Obligasi Korporasi Capai Rp120 T di 2018
Faktor utama ramainya penerbitan surat utang di tahun depan lantaran imbal hasil obligasi pemerintah diperkirakan melandai hingga awal tahun depan. Ant Pic/Cnni

Pefindo Proyeksi Obligasi Korporasi Capai Rp120 T di 2018

Selasa, 22 Agustus 2017|18:51:22 WIB




Jakarta: PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksi puncak penerbitan obligasi korporasi akan terjadi tahun depan. Diperkirakan, penerbitan surat utang korporasi ini mencapai Rp120 triliun.

Ekonom Pefindo Ahmad Mikail mengungkapkan, faktor utama ramainya penerbitan surat utang di tahun depan lantaran imbal hasil (yield) obligasi pemerintah diperkirakan terus melandai hingga awal tahun depan.

Adapun, hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang diprediksi masih di kisaran 4 persen plus minus 1 persen dan peluang penurunan suku bunga acuan dari posisi saat ini 4,75 persen.

Menurut dia, yield dari obligasi pemerintah tentu akan menjadi tolak ukur kupon obligasi korporasi. Sehingga, jika jarak (spread) antara yield obligasi pemerintah dan korporasi semakin besar, maka bisa menjadi motivasi baik bagi obligor maupun investor untuk berinvestasi.

Indonesian Bond Pricing Agency (IBPA) melansir, spread antara yield obligasi korporasi dengan obligasi pemerintah dengan peringkat AAA mencapai 163,5 basis poin - 170,4 basis poin hingga semester I lalu. Angka ini diambil dari obligasi yang memiiki masa tenor antara 5 hingga 10 tahun.

“Dua tahun belakangan, obligasi mulai booming dan kami prediksi tahun depan mencapai puncaknya. Mungkin, bisa menembus Rp120 triliun di tahun depan,” terang Mikail kepada media, Selasa (22/8).

Ia melanjutkan, penerbitan obligasi korporasi tahun depan juga dipicu oleh banyaknya obligasi yang jatuh tempo. Meski tak ingat angkanya, ia yakin obligasi jatuh tempo korporasi di tahun 2018 bisa melebihi tahun ini yang diramal Rp87,2 triliun. Dengan demikian, ada kemungkinan perusahaan bisa saja berbondong-bondong menerbitkan obligasi baru di tahun depan.

“Selain itu, kami juga melihat bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga didorong untuk menerbitkan obligasi tahun depan. Kami melihat, faktor ini juga bisa mendorong kenaikan jumlah obligasi tahun depan,” paparnya.

Meski begitu, puncak penerbitan obligasi ini tidak akan terjadi di tahun 2019 mendatang. Pasalnya, tahun 2019 merupakan tahun Pemilihan Umum (Pemilu), maka kebanyakan perusahaan cenderung wait and see dalam menerbitkan obligasi.

“Memang, secara tren seperti itu, kebanyakan perusahaan menunggu dulu sebelum masanya Pemilu,” ungkap Mikail.

Sekadar informasi, Pefindo meramal penerbitan baru obligasi di tahun 2017 tercatat Rp119,6 triliun. Adapun, hingga semester I kemarin, penerbitan obligasi baru mencapai Rp57,3 triliun, atau 47,91 persen dari ramalan akhir tahun nanti.

bir/cnni







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita EKONOMI

MORE

MOST POPULAR ARTICLE