RADARRIAUNET.COM: Gelaran Parade Bhinneka Tunggal Ika bertajuk aksi #KitaIndonesia digelar di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Aksi yang bertepatan dengan Car Free Day itu berlangsung meriah, meski sejumlah dugaan pelanggaran mengikutinya.
Sejak pukul 06.00 WIB suasana di area Patung Selamat Datang telah dipadati orang-orang beratribut #KitaIndonesia. Dua panggung utama berdiri di sekitar lokasi. Bendera merah putih yang mereka genggam mewarnai seluruh sudut Bundaran HI.
Peserta aksi pun bergerak. Sembari membawa bendera berukuran besar, mereka berjalan mengelilingi Bundaran HI searah jarum jam. Mereka berkeliling sebanyak lima kali. Hujan rintik-rintik yang sempat melanda kawasan tersebut tak menghentikan aksi mereka.
Angin berembus kencang membuat bendera merah putih terbentang gagah. Peserta semakin bersemangat mengibarkan panji dalam parade tersebut. Ditambah lagi dengan seruan orator di atas panggung yang semakin membakar semangat massa aksi.
Jarum jam mengarah ke angka delapan. Aksi mulai tak terkendali. Peserta parade kini menghadapi masyarakat yang ingin berolahraga di kawasan hari bebas berkendaraan itu.
Padatnya kondisi jalan di sekitar bundaran membuat bus TransJakarta yang hendak melintasi di koridor satu tersendat. Bus dari arah Blok M tertahan di Jalan Jenderal Sudirman. Sedangkan bus dari arah Kota tertahan di Jalan Medan Merdeka Barat.
Warga yang menumpang TransJakarta terpaksa turun dari bus dan berjalan kaki menuju Bundaran HI, meskipun masih jauh. Busway ditutup.
Salah satu warga DKI, Alika, mengeluhkan penutupan jalan tersebut. Dia yang berniat olahraga di sekitar Bundaran HI terpaksa mencari lokasi lain. Kawasan itu, menurutnya, tidak kondusif lagi.
"Iya saya niatnya olahraga, tapi karena penuh jadinya cari lokasi lain yang lebih sepi," kata Alika saat ditemui di lokasi aksi, Ahad (4/12).
Atribut Partai
Masalah bukan hanya soal lalu lintas Transjakarta yang tersendat, tapi juga atribut yang muncul saat parade dimulai. Sejumlah bendera dan pakaian berlambang partai politik menghiasi kerumunan peserta aksi. Atribut itu dianggap mencoreng parade yang mulanya diklaim sebagai aksi kebangsaan.
Atribut partai politik muncul sebelum acara dimulai. Kenyataan di lapangan tak sesuai dengan apa yang dijanjikan sebelumnya.
Bendera dan umbul-umbul berwarna kuning berlambang pohon beringin paling mencolok di tengah massa. Atribut Partai Golkar itu terpampang di dekat panggung. Keberadaannya tak lepas dari pandangan.
Tak hanya partai pimpinan Setya Novanto, artibut Partai Nasional Demokrat (NasDem) juga menghiasai jalanan sekitar Bundaran HI. Berbeda dengan Golkar, atribut NasDem tersaji dalam bentuk kaus. Satgas partai pimpinan Surya Paloh itu juga beredar di sekitarnya.
Seakan tak mau ketinggalan, atribut Partai Persatuan Pembangunan juga hadir dalam parade tersebut. Kaus Partai berlambang Kabah itu dikenakan sejumlah orang peserta aksi.
Menilik Peraturan Gubernur No. 12 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB), pasal 7 ayat 2 menyebutkan, HBKB tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan partai politik dan SARA serta orasi ajakan yang bersifat menghasut. Namun kenyataannya, kegiatan parade hari ini menerobos aturan tersebut.
Koordinator pengawasan CFD, Muhammad Ageng mengatakan, keberadaan atribut partai itu melanggar kesepakatan yang sebenarnya telah dibuat antara pengelola CFD dan panitia acara.
Tak hanya soal atribut, keberadaan dua panggung di kawasan Bundaran HI pun dianggap melanggar kesepakatan sebelumnya.
"Dalam koordinasi awal disebutkan konsentrasi panggung itu di Imam Bonjol dan tak ada atribut partai. Namun kenyataannya berbeda," kata Ageng.
Ageng menjelaskan pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak penyelenggara acara. Namun hingga kini belum ada respons balik. Jika terbukti menyalahi aturan, sanksi akan diberikan kepada penyelenggara acara, yaitu hukuman blacklist.
Menanggapi hal itu, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pun berkomentar. Pria yang berorasi di atas panggung aksi #KitaIndonesia itu merasa tidak ada yang salah dengan pelaksanaan parade hari ini.
Dia menilai, atribut partai tidak bisa hanya diletakkan di Gedung DPR atau di ruang kerja. Menurutnya, aksi kebangsaan kali ini tak bisa dibandingkan dengan gelaran CFD biasanya.
Meski demikian, Surya mengatakan, pihaknya rela menerima konsekuensi jika ada peraturan yang dilanggar.
"Kalau melanggar, kami siap menerima konsekuensinya untuk kebaikan yang kita rasakan," kata pria berjanggut lebat itu.
pmg/vga cnni