RADARRIAUNET.COM: Kalau ada orang yang paling berjasa dalam hidup Barack Obama, Oprah Winfrey termasuk salah satunya. Dukungan Oprah untuk Obama berarti besar.
Dahulu Obama hanya seorang politisi biasa. Ia senator untuk Illinois. Tapi pidatonya di Konvensi Nasional Partai Demokrat pada 2004 memikat hati sang pembawa acara. Oprah pun mengundang Obama ke acaranya.
Saat itu masih 2005. Oprah berkata, jika Obama mencalonkan diri untuk menjadi Presiden AS, ia akan melakukan apa pun yang ia bisa untuk mendukungnya. Dan nyatanya, Obama menang.
Padahal mengutip Vice, Oprah tidak pernah mendukung siapa pun secara politik sepanjang kariernya. Tapi ia melihat Obama layak mendapat dukungan dari dirinya yang berpengaruh.
“Uang saya tidak akan membuat perubahan padanya. Tapi saya pikir, penilaian saya untuknya, dukungan saya untuknya, mungkin bernilai lebih dibanding berapa pun cek yang bisa saya tulis,” tutur Oprah saat diwawancara Larry King soal alasannya mendukung Obama.
Pernyataan Oprah itu terbukti benar. Pada 2006, ia membuat buku The Audacity of Hope yang ditulis Obama menjadi terlaris versi New York Times. Buku itu pun terlaku di Amazon.
Bukan hanya itu, menurut riset yang dilakukan University of Maryland, suara Oprah juga berpengaruh menjadikan Obama sebagai Presiden AS. Pada Pilpres 2008, Obama memeroleh sampai jutaan suara berkat Oprah. Peneliti Graig Garthwaite dan Tim Moore bahkan berani menyebut bahwa dukungan itu mendongkrak lebih dari satu juta suara untuk Obama.
Itu membuatnya ‘aman’ sebagai kandidat presiden. Tak hanya suara, Oprah juga menyumbang uang US$3 juta untuk kampanye Obama, yang didapat dari penggalangan dana di rumahnya.
Sejak Oprah vokal menyuarakan dukungan untuk Obama, selebriti-selebriti berpengaruh pun tak malu lagi berada di belakang politisi yang dijagokannya. Atau sebaliknya, politisi ‘memanfaatkan’ selebriti untuk mendulang suara dari kelompok tertentu yang jadi incaran.
Bernie Sanders misalnya, menggunakan rapper dan produser Killer Mike untuk mendulang suara generasi muda blasteran Afrika-Amerika. Hillary Clinton didukung Demi Lovato, Lena Dunham, Katy Perry, Lady Gaga, Beyonce, dan banyak musisi populer lain demi suara kaum millennial.
Sementara Donald Trump, tidak didukung banyak selebriti. Tapi ia mengklaim, ia sendiri pun bisa menghasilkan kerumunan lebih banyak dibanding yang dilakukan Beyonce dan Jay Z untuk Clinton, pesaing beratnya. Nyatanya, Trump unggul sementara dalam Pilpres 8 November ini.
Sebenarnya, seberapa efektif dukungan selebriti, mengingat dukungan Mike tidak bisa membuat Sanders dicintai komunitas Afrika-Amerika dan beberapa wanita millennial yang disasar Clinton ternyata bersikap skeptis? David Jackson, profesor ilmu politik di Bowling Green State University mencoba mengukurnya, seperti yang ia tuliskan di The Daily Beast.
Dari survei yang dilakukannya terhadap 804 pemilih di Ohio pada Oktober 2015 Jackson mendapat hasil: tidak ada selebriti yang menjaring suara positif. Sebaliknya, empat selebriti justru menjaring suara negatif sampai belasan bahkan puluhan poin.
ackson kemudian membuat kesimpulan, dukungan selebriti akan berhasil jika sang bintang sangat dikenal dan disukai oleh pemilih potensial. Jika sebaliknya, itu takkan berarti.
Selebriti juga harus berpengaruh, untuk menghasilkan ’efek Oprah’ lain di Pilpres 2016.
Media sosial lebih berarti
John Pitney, profesor politik di California's Claremont Mckenna College mengatakan, yang menarik tahun ini adalah baik Trump maupun Clinton sudah sama-sama dikenal publik. Tidak seperti Obama saat mencalonkan diri pada 2006. Mereka tak butuh ‘Oprah’ untuk populer.
“Sehingga dukungan selebriti hanya akan membuat perbedaan yang sedikit,” kata Pitney. “Saya meragukan ada orang yang berpikir, ‘Saya tidak tahu soal Donald Trump sampai saya mendengar Gary Busey mendukungnya!’” Pitney melanjutkan. Saat Obama, kasusnya berbeda.
Dalam kasus seperti itu, pengaruh selebriti biasanya hanya untuk mendulang donasi dalam bentuk uang. Bloomberg menghitung, jumlah uang yang dihasilkan pendukung Clinton mencapai lebih dari US$866,6 juta, sementara pendukung Trump menghasilkan lebih dari US$453,1 juta.
Pitney melanjutkan, jika ingin mendulang lebih banyak suara, sebenarnya pengaruh media sosial di zaman sekarang lebih penting ketimbang selebriti. Pada 2012, analis mengungkap suara yang tak terduga dari Facebook. Menurut ScienceMag, orang yang melihat apa yang diunggah kawan-kawannya di media sosial, akan terpengaruh untuk mendukung pilihan mereka.
Pada tahun itu, ada 282 ribu suara dari media sosial.
Debat presiden pertama tahun ini pun ramai dibicarakan di media sosial, yang sebenarnya bisa ‘dimanfaatkan’ para kandidat. Justru pengaruh selebriti adalah yang terendah dibanding 150 hal paling berpengaruh untuk mendulang suara saat pemilihan presiden.
CNN