Kredit Bermasalah Naik, Bank Jadi Lebih Hati-hati Salurkan Kredit
Kredit Bermasalah Naik, Bank Jadi Lebih Hati-hati Salurkan Kredit. dtc

Kredit Bermasalah Naik, Bank Jadi Lebih Hati-hati Salurkan Kredit

Senin, 10 Oktober 2016|09:16:08 WIB




RADARRIAUNET.COM - Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan secara beruntun pada tahun ini, hingga mencapai level 5%. Akan tetapi, dampak terhadap jalur kredit, baik berupa penurunan suku bunga maupun penyaluran kredit masih cenderung lemah.

Salah satu penyebabnya adalah kenaikan Non Performing Loan (NPL). Per Juli 2016, tercatat NPL sudah mencapai 3,18%, sedangkan 2012 silam hanya pada kisaran 1,5%.

"Kondisi bank dengan NPL naik, maka bank akan lebih hati-hati menyalurkan kredit," ujar Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Juda Agung dalam seminar terkait prospek ekonomi Indonesia di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (6/10/2016).

Pada sisi lain, sekarang kondisi likuiditas perbankan sedikit ketat, pasca pemberlakukan program pengampunan pajak atau tax amnesty. Banyak nasabah menarik dana untuk kebutuhan pembayaran tebusan. Pada periode I tax amnesty, jumlah tebusan mencapai Rp97 triliun.

"DPK (Dana Pihak Ketiga) turun cukup signifikan. Pada Agustus tumbuh hanya 5%, di September perkiraannya cukup signifikan karena ada pembayaran tax amnesty," paparnya.

Juda menambahkan, dari sisi korporasi terlihat ada konsolidasi pada awal semester II-2016. Korporasi memantau kondisi keuangan negara yang tadinya terancam defisit dalam jumlah yang cukup besar. Walaupun kekhawatiran tersebut akhirnya bisa diredam melalui berbagai kebijakan.

"Permintaan kredit rendah karena perusahaan konsolidasi, jadi demand memang rendah," tegas Juda.

Meski demikian, bukan berarti suku bunga acuan tidak memiliki dampak. Juda menyatakan, dampaknya terlihat pada pembiayaan non bank. Sampai dengan Agustus 2016 (year to date/ytd) nilainya mencapai Rp128,3 triliun atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp80,8 triliun.

Kenaikan terutama pada rights issue yang sebesar 253% (ytd), penerbitan obligasi korporasi 41,16% dan penerbitan surat utang jangka pendek 35,76%.

"Memang ada pergeseran sumber pembiayaan dari bank yang berhati-hati terhadap NPL ke instrumen non bank," tandasnya.


dtc/fn/radarriaunet.com







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita EKONOMI

MORE

MOST POPULAR ARTICLE