Sabtu, 10 September 2016|14:31:25 WIB
RADARRIAUNET.COM - Uji coba rudal Korea Utara dan pertikaian wilayah Laut China Selatan adalah sebagian dari ancaman keamanan yang menjadi pusat perhatian dalam pertemuan antara Presiden Barack Obama dan para pemimpin Asia Timur di Laos pekan ini.
Pertemuan tahunan ini dilaksanakan di tengah ketegangan yang semakin meningkat di wilayah Asia, dan masalah terorisme juga menjadi keprihatinan setelah ledakan bom yang memakan korban jiwa di Thailand dan Filipina dalam beberapa minggu terakhir.
Obama dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin 10 negara anggota ASEAN pada Kamis (8/9). Dalam pertemuan ini Obama akan bertemu dengan Presiden Rodrigo Duterte dari Filipina yang sempat menyebutnya "anak pelacur".
Setelah itu, pertemuan puncak Asia Timur akan dilaksanakan. Pertemuan kali ini diperluas dengan melibatkan anggota kelompok enam negara yang berupaya meyakinkan Korea Utara untuk menghentikan ambisi membuat senjata nuklir.
Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik pada Senin (5/9) yang merupakan perlawanan atas sanksi dari PBB dan masyarakat internasional. Aksi ini menyebabkan kekhawatiran besar di wilayah.
Barack Obama pada Senin (5/9) mengatakan bahwa rezim Kim Jong-un menggali kehancuran sendiri dengan semakin menjauhkan diri dari dunia internasional.
Tetapi Korea Utara menjawab dengan ancaman akan "mengambil langkah-langkah lebih keras". Rancangan pernyataan akhir yang diperoleh kantor berita AFP menyebutkan, pertemuan negara Asia Timur ke-18 akan menyuarakan “keprihatinan serius” atas uji coba senjata yang dilakukan oleh Korea Utara.
“Kami menegaskan kembali pentingnya perdamaian dan keamanan di wilayah ini dan mendukung upaya melucuti nuklir dari Semenanjung Korea dengan jalan damai,” bunyi pernyataan itu.
Pernyataan ini juga akan menekankan pentingnya mempertahankan keamanan di Laut China Selatan yang merupakan salah satu perhatian besar di kawasan.
Pemerintah China mendapat tekanan dalam pertemuan puncak ASEAN pada Selasa (6/9) terkait proyek reklamasi di Laut China Selatan yang bertujuan mengukuhkan kekuasaan di perairan yang strategis dan penting itu.
China mengklaim memiliki kedaulatan atas sebagian wilayah laut yang setiap tahun dilewati oleh kapal perdagangan internasional dengan nilai mencapai US$5 triliun ini. Klaim China ini tumpang tindih dengan klaim Malaysia, Vietnam, Filipina, Brunei dan Taiwan.
Perdana Menteri China Li Keqiang turut menghadiri pertemuan di Laos ini. “Kami tetap sangat prihatin dengan perkembangan terakhir dan yang masih berjalan, dan mencatat kekhawatiran yang dikemukakan oleh sejumlah pemimpin negara terkait reklamasi lahan,” bunyi pernyataan bersama yang dikeluarkan di akhir Pertemuan Puncak ASEAN.
Blok Asia Tengah diperkirakan akan mendesak seluruh pihak yang terlibat untuk mentaati hukum internasional.
cnn/fn/radarriaunet.com