RADARRIAUNET.COM - Persoalan asap yang masih menjadi musibah bagi masyarakat Riau sepertinya belum mencapai titik akhir saat ini. Hal itu menjadi sebuah fakta, ketika ratusan mahasiswa dari Universitas Riau ( Unri) melakukan aksi demonstrasi Kepada Kapolda Riau, Brigjen Pol Supriyanto, hari Senin, 5/9/2016, di halaman mapolda Riau.
Dengan jumlah ratusan mahasiswa, yang berseragam lengkap memakai almamater, secara serentak bergerombol menghampiri halaman depan pintu masuk markas Kapolda.
Dalam aksi kali ini pihak mahasiswa mengusung 3 poin penting yang menjadi pokok permasalahan, di antaranya adalah Kapolda Riau harus bisa menjelaskan dan mengungkap secara transparan tentang foto dan pertemuan para oknum petinggi Polda dan mabes Polri dengan bos perusahaan perkebunan terduga pembakar lahan di Riau.
Yang kedua adalah kasus karlahut yang dilakukan oleh 15 perusahaan dan yang sedang di SP3 saat ini agar segera dicabut dan diteruskan proses hukumnya.
Sedang yang ketiga adalah agar presiden RI Joko Widodo segera membentuk tim independen untuk melakukan penyelidikan terkait 15 perusahaan yg telah SP3.
Dalam orasinya, seluruh mahasiswa menyerukan agar Kapolda Riau bertanggung jawab terhadap kasus kebakaran lahan dan hutan di provinsi Riau.
"Ada mafia di Polda Riau ini, jaringan mafia yang terstruktur dan berskala nasional," kata sang orator dari atas mobil pick up.
Menurut kelompok mahasiswa Unri ini, kasus kejadian karlahut di Riau merupakan permainan mafia.
"Ada kerjasama Polda dengan mafia pembakar lahan di Riau ini," katanya.
Selain terkait dugaan adanya mafia dalam kasus karlahut, kelompok mahasiswa Unri ini, semakin merasa dikhianati oleh Polri di Riau karena ternyata di dalam situasi masyarakat Riau yang masih harus berjuang terus menghadapi terpaan asap, ternyata para pimpinan tinggi di Polda Riau masih bertemu dengan para bos mafia perusahaan pembakar lahan dan hutan beberapa hari yang lalu.
"Polisi Polda Riau telah menghianati rakyat Riau, para perwira tinggi Polda Riau telah bertemu di sebuah hotel dengan pemilik perusahaan terduga pembakar lahan," teriak salah satu orator.
Selain itu, dalam pertemuan kongkow kongkow tersebut, para petinggi di Polda Riau itu juga sedang berpesta minuman keras dan berselfi-selfi dengan para pimpinan korporasi pembakar lahan.
Mahasiswa menunjukkan beberapa contoh foto pertemuan haram tersebut di sebuah spanduk yang diunggah di internet yang kini menjadi berita viral di dunia maya, yang diusung oleh para demonstran sambil menyerukan yel yel Pecat Kapolda.
Dalam seruan orator yang terdengar lantang dan begelegar itu, pihak mahasiswa meminta agar Dit Propam Polri dari markas besar ( Mabes) Polri yang diketahui keberadaannya sedang berada di Polda Riau dalam rangka penyelidikan dan penyelesaian kasus Karlahut agar dapat menemui pihaknya untuk menanggapi aspirasi dan memberikan pertanggung jawaban atas deretan masalah terkait kasus Karlahut.
Sampai aksi ini berjalan sekitar 1 jam lebih, pihak Polda Riau (Dit propam. Red), belum juga terlihat hadir untuk bertemu mahasiswa. Hal itu membuat demonstran semakin merasa tidak dihargai, sehingga teriakan-teriakan tentang pencopotan Kapolda Riau semakin lebih intens di teriakkan.
"Copot Kapolda Riau.. Copot Kapolda Riau.. Apakah kita sepakat?" kata orator disambut dengan teriakan sepakat dari kerumunan mahasiswa.
Beberapa saat kemudian, pihak Polda Riau mencoba menghubungi beberapa perwakilan demonstran dan meminta supaya beberapa orang perwakilan dapat menghadap ke kantor Kapolda untuk melakukan sesi dialog, namun pihak mahasiswa dengan tegas menolak dan mengatakan, pihaknya tidak akan bersedia jika diminta menghadap, namun pihaknya meminta agar wakil Kapolda yang harus keluar ke jalan dan disaksikan publik, guna memberikan pernyataan.
Tak lama kemudian wakil Kapolda Komisaris besar (Kombes. Pol. Suharsono SH M Hum) yang didampingi beberapa orang personil Polda, terlihat muncul di tengah kerumunan demonstran dan mengambil tempat di tengah para demonstran, kemudian memberikan tanggapan dan dan beberapa pernyataan, di antaranya bahwa menyikapi foto para petinggi polisi dari Polda Riau dan beberapa perwira mabes Polri serta bos dari salah satu perusahaan kebun pembakar lahan, yang melakukan pertemuan kongkow kongkow di sebuah hotel di Pekanbaru pihaknya membenarkan hal itu.
"Terkait foto pertemuan beberapa perwira tinggi Polda Riau dan mabes Polri dengan salah seorang bos perusahaan perkebunan yang mendapat sorotan saat ini, hal itu sedang kami proses, " katanya.
Menurutnya mengungkap kebenaran mengenai hal itu, tidak bisa langsung begitu saja, melainkan harus melalui tahapan proses penyelidikan.
Sedang terkait SP3 yang dilakukan oleh Polda Riau, hal itu telah menjalani proses tahapan yang panjang.
"Pengeluaran SP3 yang kami lakukan kepada 15 perusahaan perkebunan tida lah dengan cara yang mudah dan singkat, melainkan telah menjalani proses panjang. Jadi hal itu sudah diperhitungkan secara matang dan dikaji secara komprehensif," jelasnya.
Suharsono berjanji jika ada pihak-pihak yang dapat menemukan bukti kuat terkait dugaan tindak pidana pembakaran lahan tersebut, pihaknya berjanji akan mengusut kembali dan memproses secara hukum ke 15 perusahaan yang telah di SP3 tersebut.
"Silakan ajukan upaya hukum terhadap pengeluaran SP3, jika ada yang keberatan dan silakan lakukan praperadilan kepada kami jika memang ada unsur keberatan," katanya.
Menyikapi pernyataan wakapolda tersebut, mahasiswa yang tergabung dari beberapa fakultas di Unri itu mengancam Polda Riau, jika upaya penyelidikan dan penyelesaian beberapa permasalahan ini masih terkesan lambat dan tertutup kepada publik, maka pihaknya berjanji akan segera melakukan aksi yang sama dengan jumlah demonstran yang jauh lebih besar lagi.
"Kita berjanji dan kita pastikan jika upaya hukum dan pengungkapan dugaan persekongkolan oleh pihak Polda Riau dan para bos korporasi pembakar lahan masih terkesan lambat dan penuh manipulasi, maka kita akan turun kembali mencari keadilan dengan jumlah yang lebih besar lagi," kata orator mengingatkan pihak Polda Riau.
"Tidak masuk akal, dalam waktu 19 tahun kasus Karlahut di Riau, hanya tiga perusahaan dan puluhan masyarakat kecil yang dijadikan tersangka dan menjadi tumbal akibat kejahatan puluhan korporasi lainya yang telah membakar jutaan hektar lahan di Riau ini," seru sang orator mengakhiri orasinya.
Feri Sibarani/radarriaunet.com