RADARRIAUNET.COM - Langkah pencegahan masuknya wabah virus Zika ke Indonesia di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten belum berjalan serius. Sejumlah program pencegahan yang dicanangkan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas 1 Soekarno-Hatta bertolak belakang dengan fakta yang ditemukan.
Dokter KKP Soekarno-Hatta, Edih Suryono, menerangkan bahwa pihaknya telah mencanangkan tiga program untuk mencegah wabah virus Zika masuk ke Indonesia.
Pertama, mengaktifkan thermo scanner atau alat pendeteksi suhu badan. Menurutnya, seluruh penumpang pesawat yang mendarat dari Singapura akan diarahkan berjalan melalui alat ini. Penumpang yang suhu badannya melebihi 37,5 derajat celcius akan diminta untuk menjalani pemeriksaan medis.
Kedua, KKP Soekarno-Hatta memasang spanduk yang berisi peringatan terkait gejala dan bahaya virus Zika. Menurutnya, spanduk itu diharapkan dapat memberikan edukasi ataupun penjelasan kepada penumpang yang berasal dari daerah rawan virus Zika.
Terakhir, KKP Soekarno-Hatta juga akan membagikan health alert card atau kartu kewaspadaan di setiap pintu masuk bandara. Program ini sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan, demi meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya kemungkinan virus Zika masuk ke Indonesia.
Edih menerangkan, di dalam kartu ini penumpang asal Singapura diminta menjelaskan kondisi kesehatan saat tiba di Indonesia. Penumpang juga diminta menuliskan keluhan penyakit yang tengah diderita dalam kartu ini.
"Mereka (penumpang) harus tahu tentang virus Zika. Kita beri informasi hal-hal apa yang perlu diketahui penumpang terkait virus Zika," kata Edih kepada awak media di kantornya, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten pada Kamis (1/9).
Dia menambahkan, kartu kewaspadaan dapat dimanfaatkan oleh penumpang bila mengalami gangguan kesehatan dalam waktu 14 hari, setelah tiba di Tanah Air. Kartu tersebut akan mempermudah pihak rumah sakit atau klinik untuk mengambil tindakan medis.
Program Tidak Dijalankan Serius
Namun, fakta di lapangan bertolak belakang. Ketidakseriusan dalam menjalankan program pencegahan virus Zika yang telah dicanangkan oleh KKP Soekarno-Hatta, kontras terlihat.
Contohnya, thermo scanner yang berfungsi hanya yang berada di Terminal Kedatangan 2 E. Sementara yang berada di Terminal Kedatangan 2 D, tidak bisa mendeteksi suhu badan penumpang.
Padahal, menurut informasi yang diberikan pihak Manajemen Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, penumpang asal Singapura mayoritas mendarat di Terminal Kedatangan 2 D.
Kemudian, terkait spanduk peringatan bahaya virus Zika. Spanduk itu hanya ada di Terminal Kedatangan 2 E. Sementara di Terminal Kedatangan 2 D, yang terlihat justru spanduk peringatan wabah virus Mers CoV.
Bahkan, spanduk peringatan virus Zika di Terminal Kedatangan 2 E belum diperbarui, peringatan yang tertera dalam spanduk itu masih diperuntukkan bagi penumpang asal Amerika Latin. Padahal, saat ini, wabah virus Zika diwaspadai masuk dari Singapura.
Begitu juga terkait kartu kewaspadaan. KKP Soekarno-Hatta hingga saat ini belum membuat kartu kewaspadaan terkait virus Zika. Kartu kewaspadaan yang ada saat ini hanya terkait virus influenza dan Mers CoV.
Saat dikonfirmasi terkait hal ini, pihak KKP Soekarno-Hatta mengaku belum membuat kartu kewaspadaan virus Zika.
Ketidakseriusan KKP Soekarno-Hatta mengantisipasi masuknya virus Zika dari Singapura juga semakin terlihat kala awak media coba mewawancarai dua orang penumpang asal Singapura yang baru mendarat dengan maskapai Lion Air, Rajid Patriawal dan Dhea Surya Saraswati.
Rajid mengaku hanya pernah mendengar virus Zika. Namun, ia tidak mengetahui bahaya wabah tersebut.
Perjalanannya dari Singapura menuju Jakarta pun berlangsung biasa saja. Rajid mengaku tidak mendapatkan kartu kewaspadaan, sebagaimana program yang telah dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan dan KKP Soekarno-Hatta.
"Cuma pernah dengar saja (virus zika). Tadi tidak ada diberikan (kartu kewaspadaan)," ucapnya.
Senada, Dhea juga mengaku tidak mengetahui secara detail tentang virus Zika. Ia pun tidak tahu bahwa seorang warga negara Indonesia di Singapura telah terjangkit virus Zika.
"Saya cuma tahu itu virus awalnya dari Brasil ya. Tapi tidak tahu sampai sejauh mana," katanya.
Sudah hampir satu tahun, virus Zika menghebongkan dunia. Padahal, virus Zika sudah ada sejak tujuh dekade lalu, tepatnya pada 1947. Namun, pada November 2015, virus Zika kembali terdengar setelah Brasil mengumumkan Zika sebagai masalah darurat kesehatan nasional.
Bak petir di siang bolong, kasus Zika mendadak muncul di hadapan masyarakat Indonesia. Ini bermula setelah Senin (29/8) lalu pihak Dinas Kesehatan Singapura mengonfirmasi adanya 41 kasus virus Zika di negara tersebut.
Status tersebut membuat Indonesia makin siaga. Terlebih, setelah beredar informasi yang menyatakan bahwa satu warga negara Indonesia terkena virus zika yang mulai merebak di Singapura.
cnn/radarriaunet.com