Selasa, 23 Agustus 2016|10:54:16 WIB
RADARRIAUNET.COM - Warga Kabupaten Pelalawan yang berada di bantaran Sungai Kampar mengaku merasakan dampak buruk dari limbah kimia perusahaan besar yang ada di daerah itu.
Seperti kejadian pada HUT RI Ke-71 yang diperingati hari Rabu tanggal 17 Agustus 2016 kemarin. Kemerdekaan yang baru saja diperingati dengan gegap gempita oleh seluruh masyarakat Indonesia diduga dijadikan sebuah kesempatan oleh perusahaan bubur kertas terbesar di Asia yakni Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
Disaat seluruh warga Desa Sering Kabupaten Pelalawan yang berada di bantaran sungai Kampar disibukan dengan berbagai kegiatan untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, justru RAPP diduga dengan sengaja membuang limbah di sebuah kanal yang berada tak jauh dari pemukiman penduduk.
Alhasil, puluhan ton ikan yang sudah berubah warna kebiruan mengapung di sungai, diduga ikan-ikan tersebut mati akibat limbah kimia yang dibuang di sungai yang menjadi tempat mencari nafkah warga desa tersebut. Kejadian ini baru diketahui oleh warga pada Kamis (18/8/2016).
Dari pantauan awak media di lokasi kejadian, terlihat ikan-ikan sudah mengapung dan sebagian dibawa warga desa sebagai barang bukti kemudian puluhan warga yang marah tersebut menyambangi kantor Managemen RAPP untuk meminta pertanggungjawaban.
Sementara, di lokasi unjuk rasa juga dihadiri Anggota DPRD Pelalawan yang menurut warga terkesan tidak membela kepentingan warga. Hal ini memicu bertambahnya kemarahan warga. Salah seorang warga menuding bahwa pemerintah dan instansi terkait sudah disuap oleh RAPP.
"Pemerintah sudah disuap bang, sehingga mereka tutup mata dan tutup telinga," cetus salah seorang warga.
Sedangakan pihak Managemen RAPP membantah bahwa limbah tersebut adalah limbah milik RAPP dan akan segera melakukan uji laboratorium, pihak managemen juga menuding limbah tesebut milik Indosawit.
Salah seorang warga menyebutkan bahwa kejadian ini bukanlah yang pertama kalinya, bahkan untuk menutupi kegiatannya Perusahaan Bubur kertas terbesar di Asia tersebut diduga membayar seorang warga Desa Sering untuk menjaga kanal tempat pembuangan limbah.
"Kami sudah biasa bang dengan kejadian-kejadian seperti ini, sampai kanal tersebut dinamai oleh warga Desa Sering dengan Pait Limbah (parit limbah-red) bahkan kanal yang menjadi tempat pembuangan limbah Kimia milik RAPP tersebut dijaga oleh salah satu warga Desa Sering yang digaji perbulan, namanya inisial pak LB. Mungkin RAPP ini menganggap kami warga desa sampah bang," ungkap salah seorang warga yang enggan namanya dirilis di media.
"Biasanya bang kalau ada warga yang tiba-tiba kulitnya gatal-gatal berarti RAPP sudah buang limbah ke sungai, namun kami tidak bisa berbuat apa-apa bang, karena tiba-tiba saja nanti ada utusan RAPP yang membagikan bantuan-bantuan untuk menyuap warga desa, seperti memberi sapi atau lain-lain bang," pungkasnya.
drc/fn/radarriaunet.com