AS Kirim Rp5 Triliun ke Iran, Trump Salahkan Clinton
Donald Trump memanfaatkan terungkapnya pengiriman uang jutaan dolar dari pemerintah AS ke Iran untuk menyerang rivalnya, Hillary Clinton. cnn

AS Kirim Rp5 Triliun ke Iran, Trump Salahkan Clinton

Sabtu, 06 Agustus 2016|10:41:49 WIB




RADARRIAUNET.COM - Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, memanfaatkan terungkapnya pengiriman uang jutaan dolar dari pemerintah Amerika Serikat ke Iran untuk menyerang rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Trump menilai, uang senilai US$400 juta yang diduga untuk membayar tebusan sandera itu merupakan salah satu kesalahan Clinton saat masih menjabat sebagai menteri luar negeri AS. 
 
Informasi pengiriman uang yang setara dengan lebih dari Rp5,2 triliun itu terungkap melalui laporan pada Rabu (3/8) yang mengutip sejumlah sumber pemerintahan. Pengiriman uang itu dilakukan di hari yang sama empat tahanan AS dibebaskan oleh Teheran dan kesepakatan nuklir diimplementasikan. 
 
 
Meski demikian, tidak ada bukti bahwa uang tersebut dikirim untuk membebaskan tahanan. 
 
Trump mengambil kesempatan atas informasi ini untuk menyerang Clinton. Meskipun kesepakatan nuklir Iran dicapai ketika John Kerry menjabat sebagai menteri luar negeri AS, Trump menilai Clinton lah yang memulai pembicaraan soal kesepakatan itu. 
 
"Menteri luar negeri kami yang tidak kompeten, Hillary Clinton, adalah orang yang memulai pembicaraan untuk memberikan 400 juta dolar, tunai, ke Iran. Skandal!" kicau Trump dalam akun Twitter resminya, @realDonaldTrump, Rabu (3/8). 
 
Tuduhan Trump terhadap Clinton tersebut memicu kritik dan dianggap mengada-ada. Menurut laporanThe Washington Post, Clinton mengundurkan diri sebagai menteri luar negeri pada awal 2013. Sementara, kesepakatan pembebasan tahanan AS, yang termasuk dalam kesepakatan nuklir, diumumkan pada Januari tahun ini, tiga tahun setelah akhir masa jabatan Clinton. 
 
Selama masa jabatannya, Clinton memang melakukan sejumlah negosiasi dengan Iran terkait program nuklirnya, namun pembicaraan substansial antara AS dengan Iran tidak terjadi sampai Clinton lengser dari posisi Menlu. Clinton juga tidak berpartisipasi dalam pembicaraan soal pembebasan para tahanan. 
 
Menurut sumber pemerintahan AS kepada CNN, uang jutaan dolar tersebut diterbangkan ke Iran dalam peti kayu, ditumpuk dalam bentuk franc Swiss, euro, dan mata uang lainnya sebagai bagian dari US$1,7 miliar yang harus dibayarkan AS berdasarkan keputusan pengadilan arbitrase internasional di Den Haag terkait pembelian senjata yang gagal di era Shah Reza Pahlevi. 
 
Obama pada Januari lalu mengatakan, uang itu harus diberikan demi menyelamatkan miliaran dolar uang AS. Uang itu adalah pembayaran pembelian senjata oleh Iran kepada AS di era Shah pada tahun 1970-an. Shah digulingkan tahun 1979 dalam revolusi pimpinan Khameini, sehingga transaksi gagal dilakukan dan dana Iran di AS dibekukan.
 
Iran melalui pengadilan internasional sejak tahun 1981 berjuang untuk mendapatkan kembali uang tersebut. Obama mengatakan, lebih baik membayarkan US$400 juta--ditambah US$1,3 miliar bunga--ketimbang memenuhi seluruh jumlah uang yang dituntut Iran dalam pengadilan, yaitu US$10 miliar.
 
Tak bermanfaat
 
Setahun setelah kesepakatan nuklir diimplementasikan, Presiden Iran, Hassan Rouhani, pada Selasa (2/8) mengeluh bahwa AS tidak menyepakati isi perjanjian tersebut. Meski sanksi ekonomi terhadap Iran sudah dihapus, namun bank-bank utama Eropa masih enggan untuk menangani berbagai pembayaran dari Iran karena masih sanksi terkait terorisme dan hak asasi manusia dari AS masih diberlakukan. 
 
Iran juga dinilai kesulitan memanfaatkan kesepakatan itu. Warga Iran mulai banyak yang menyuarakan kekecewaan mereka soal hasil kesepakatan ini.
 
Alhasil, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan pada awal pekan ini bahwa publik Iran pada umumnya tidak mendapat manfaat dari kesepakatan itu. Pernyataan Khamenei ini mendukung tuduhannya sebelumnya bahwa AS tidak dapat dipecaya.
 
 
cnn/fn/radarriaunet.com






Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita NEWS

MORE

MOST POPULAR ARTICLE