BI Nilai Pelemahan Daya Beli Pemicu Surplus Neraca Dagang
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo (kanan) didampingi Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara (kanan). cnn

BI Nilai Pelemahan Daya Beli Pemicu Surplus Neraca Dagang

Sabtu, 16 Juli 2016|10:03:14 WIB




RADARRIAUNET.COM - Bank Indonesia (BI) menilai, membaiknya harga komoditas pada paruh pertama menjadi pendongkrak kinerja ekspor nasional. Di sisi lain, masih lesunya permintaan domestik seperti tercermin pada rendahnya impor menyebabkan surplus neraca perdagangan semakin melebar.

Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara, menyatakan selama tahun berjalan (year-to-date) harga komoditas seperti kelapa sawit, karet dan batubara sudah mengalami perbaikan. Hal itu mendongkrak nilai ekspor Indonesia bulan lalu, yang sebagian besar merupakan barang komoditas.

Kendati demikian, Mirza menilai, perbaikan di sektor komoditas belum signifikan. Pasalnya, rata-rata harga komoditas secara umum masih sedikit lebih rendah dibandingkan tiga bulan pertama tahun ini.

“Jadi kalau dibilang apakah sudah ada recovery (perbaikan) dari komoditi tambang, perkebunan dan minyak sebenarnya, menurut saya sih, belum terlalu signifikan,” tutur Mirza saat ditemui di kompleks perkantoran BI, Jumat (15/7).

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), beberapa komoditas yang mengalami kenaikan pada Juni lalu antara lain seng (8,58 persen), minyak inti kelapa sawit (6 persen), kayu gelondongan (3,29 persen), perak (3,27 persen), nikel (2,8 persen), dan emas (1,19 persen).

Dari sisi impor, Mirza memperkirakan permintaanya masih akan lemah sampai akhir tahun. Impor bulan lalu tercatat naik dari 7,86 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$12,02 miliar. Namun, jika dibandingkan Juni 2015, angkanya turun 7,41 persen.

“Surplus itu juga bisa terjadi karena memang impor yang masih turun, gitu ya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Mirza menilai capaian surplus Juni akan membantu kinerja defisit transaksi berjalan (CAD). Menurut Mirza, kinerja CAD kuartal II tahun ini akan relatif sama dengan capaian kuartal I tahun ini, 2,14 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Menurutnya, otoritas moneter cukup nyaman dengan level CAD di kisaran 2,2 -2,4 persen dari PDB untuk paruh pertama tahun ini.

“Jadi suatu level CAD yang sehat dan itu juga menunjang optimisme dari para investordi pasar keuangan terhadap kinerja dari makroekonomi Indonesia,” ujarnya.


cnn/radarriaunet.com







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita EKONOMI

MORE

MOST POPULAR ARTICLE