Kamis, 14 Juli 2016|14:39:44 WIB
RADARRIAUNET.COM - Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir, dan wakilnya, Riek Machar, akhirnya memerintahkan para loyalisnya untuk memberlakukan gencatan senjata setelah ratusan orang tewas akibat pertempuran yang berlangsung sejak Kamis pekan lalu.
Baku tembak ini terjadi antara loyalis Kirr dan Machar, mantan pemimpin pemberontak yang diangkat menjadi wakil presiden di bawah kesepakatan untuk mengakhiri perang sipil di Sudan Selatan pada 2013 lalu.
Pertempuran ini terjadi di tengah persiapan Sudan Selatan untuk memperingati lima tahun kemerdekaan dari Sudan pada 9 Juli, tepatnya pada Sabtu lalu. Di hari itu, para pihak berseteru mulai menggunakan tank dan helikopter.
Sehari kemudian, Minggu (10/7), Kiir dan Machar pun berbincang melalui telepon. Menurut juru bicara kepresidenan, Ateny Wek Ateny, kedua pemimpin itu sepakat memerintahkan para loyalisnya untuk melakukan gencatan senjata.
"Semua komandan dari pasukan [Kiir] diperintahkan untuk menghentikan semua permusuhan dan mematuhi perintah serta mengontrol pasukan mereka. Presiden Salva Kiir ingin terus melanjutkan kerja sama dengan Riek Machar," ujar Ateny seperti dikutip Reuters.
Menyambut pernyataan Ateny, Machar berkata, "Presiden sudah mendeklarasikan gencatan senjata unilateral. Saya juga ingin mendeklarasikan gencatan senjata unilateral."
Namun hingga kini, masih banyak tanda tanya seputar pertempuran ini, seperti penyebab pecahnya baku tembak di pusat Kota Juba, serta seberapa besar kontrol Kirr dan Machat terhadap pasukan loyalis mereka.
Menurut ahli Sudan Selatan dari Indiana University, Clemence Pinaud, ketegangan antara dua faksi sebenarnya sudah dimulai di daerah luar Juba sejak Agustus tahun lalu, ketika Kiir dan Machar dikabarkan menandatangani kesepatakan damai.
Setelah berselisih paham mengenai isi perjanjian itu, Kiir dan Machar akhirnya muncul bersama ke hadapan publik pada April lalu. Ini merupakan kerusuhan pertama sejak saat itu.
Selain alasan pertempuran, korban tewas juga belum dapat dipastikan. Namun menurut Kementerian Kesehatan Sudan Selatan, setidaknya lima tentara tewas pada Kamis lalu.
Seorang sumber juga mengatakan bahwa setidaknya 272 orang, termasuk 33 warga sipil, tewas pada Jumat lalu. Korban diperkirakan terus bertambah karena pertempuran pada Sabtu dan Minggu bertambah besar.
Pada Senin (11/7), Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki-moon, pun mendesak Dewan Keamanan untuk memberlakukan embargo senjata terhadap Sudan Selatan dan menjatuhkan sanksi kepada pemimpin dan komandan yang menghalangi implementasi kesepakatan damai.
cnn/fn/radarriaunet.com