Cerita Mengerikan Pengunjung Klub Gay Orlando saat Penembakan
Klub Pulse sendiri memiliki area luas, dan sedang didatangi oleh sekitar 300 pelanggan tetap mereka sejak Sabtu malam. Reuters/Carlo Allegri/cnn

Cerita Mengerikan Pengunjung Klub Gay Orlando saat Penembakan

Senin, 13 Juni 2016|08:43:14 WIB




RADARRIAUNET.COM - Omar Mateen masuk ke klum gay, Pulse, di Orlando, pada Minggu dini hari (12/6) sekitar pukul 02.00 waktu setempat. Membawa pistol dan senapan, ia lalu melepas tembakan, menewaskan 50 orang dan melukai 53 lainnya. Serangan ini disebut sebagai yang terburuk di Amerika Serikat sejak tragedi 9/11 pada 2001 lalu.
 
Klub Pulse sendiri memiliki area luas, dan sedang didatangi oleh sekitar 300 pelanggan tetap mereka sejak Sabtu malam.
 
Mereka yang berada di dalam klub menggambarkan situasi panik yang diperparah dengan suara musik yang keras dan kegelapan.
 
"Awalnya itu terdengar seperti bagian dari pertunjukan karena ada acara yang sedang berlangsung dan kami semua sedang bersenang-senang," kata seorang pengunjung, Andy Moss. "Namun ketika orang-orang mulai berteriak dan tembakan terus terdengar, Anda tahu bahwa itu bukan pertunjukan."
 
Pengunjung lain, Christopher Hansen, mengatakan ia sedang minum di bar sekitar pukul 02.00 pagi ketika ia?? melihat tubuh mulai berjatuhan.� Ia mendengar suara tembakan, saling bersahutan.
 
Ia mengatakan bahwa suara tembakan berlangsung sangat lama, "hingga satu lagu bearkhir."
 
Seketika mendengar tembakan, Hansen mengatakan ia langsung tiarap, merangkak dengan siku dan lututnya, sebelum ia melihat seorang pria tertembak.
 
"Saya mengambil bandana saya, dan menekannya di punggungnya," kata Hansen. Ia juga melihat seorang perempuan tertembak di lengan.
 
Para penyintas lain menggambarkan tindakan dramatis yang mereka lakukan untuk menyelamatkan diri. Seseorang bersembunyi di kamar mandi, menimbun mayat di atas tubuhnya agar tidak terlihat. Beberapa pengisi acara bersembunyi di ruang ganti saat tembakan mulai terdengar dan melarikan diri dengan merangkak saat polisi membongkar AC.
 
Seorang barista mengatakan bersembunyi di balik bar. Polisi kemudian datang dan berkata, "Jika Anda hidup, angkat tangan Anda."
 
Tak lama setelah penembakan, polisi mengepung Pulse, sementara Mateen masih berada di dalam bersama pengunjung bar yag terjebak. Mereka mengaku sempat menelepon dan mengirim pesan kepada teman dan kerabat mereka.
 
Mateen berhasil dilumpuhkan sekitar tiga jam, setelah polisi menyerbu gedung dengan granat kejut dan kendaraan bersenjata mendobrak pintu.
 
Sebanyak 39 orang dinyatakan tewas di tempat, dua tubuh ditemukan di lahan parkir. Sebelas orang dibawa ke rumah sakit dan tewas di sana.
 
Otoritas menyatakan Mateen telah berbaiat kepada ISIS. Ia pernah diwawancarai oleh FBI pada 2013 dan 2014 setelah mengekpresikan simpati kepada pelaku pengeboman, tapi tak ditemukan apa pun. Ia tak diselidiki, hingga bebas membeli senjata secara legal.
 
Pria keturunan Afghanistan kelahiran New York pada 1986 itu bekerja sebagai petugas sekuriti di G4S, salah satu perusahaan sekuriti terbesar di dunia. 
 
Orangtua Mateen menyebut ia pernah mengekspresikan kemarahan setelah melihat dua pria berciuman di Miami, namun tak mengetahui jika ia berhubungan dengan ISIS. Mateen menurut orangtuanya, juga bukan pria yang religius. 
 
CNN/radarriaunet.com 






Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita NEWS

MORE

MOST POPULAR ARTICLE