RADARRIAUNET.COM - Pemerintah kembali mengubah proyeksi kurs pada tahun ini, dengan mengusulkan asumsi rupiah di level Rp13.500 per dolar AS pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2016.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) cenderung lebih konservatif dengan meramalkan pergerakan rupiah hingga akhir tahun di kisaran Rp13.500-Rp13.800 per dolar AS.
Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menuturkan, proyeksi kurs tersebut lebih kuat dibandingkan dengan asumsi rupiah dalam APBN 2016 yang dipatok Rp13.900 per dolar AS. Namun lebih pesmistis jika dibandingkan dengan perkiraan pemerintah sebelumnya dalam Sidang Kabinet pada awal April, Rp13.400 per dolar AS.
Menurut Bambang, asumsi nilai tukar tersebut dibuat pemerintah setelah mengamati pergerakan dolar AS sejak awal tahun hingga Mei.
"Meskipun belakangan ini ada pelemahan rupiah dikarenakan kemungkinan akan ada kenaikan lagi tingkat bunga Amerika Serikat sekitar bulan Juni-Juli, tetapi masih dalam rentang yang terkendali," ujar Menkeu dalam rapat kerja dengan BAdan Anggaran DPR, Kamis (2/6).
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga 1 Juni 2016 sekitar Rp13.436 per dolar AS. Pergerakan rupiah sepanjang periode itu dianggap stabil dengan kecenderungan menguat 0,92 persen (year to date).
Secara umum, lanjut Perry, rupiah menguat seiring dengan membaiknya persepsi pelaku ekonomi di dalam negeri. Apresisi kurs itu ditopang oleh meningkatnya pasokan valuta asing dari aktivitas ekspor korporasi.
Kendati demikian, Perry mengingatkan pergerakan rupiah ke dpean masih akan dibayangi oleh risiko. Menurutnya, potensi kenaikkan suku bunga di AS akan menjadi sentimen negatif yang dikhawatirkan dapat mengurangi stabilitas pasar global dan berdampak pada volatilitas nilai tukar rupiah.
"Selain itu, aliran masuk dana non residen dan aset keuangan domestik juga dapat meningkatkan risiko terjadi pembalikan arus modal ke luar negeri yang dapat meningkatkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah," ujarnya.
Asumsi makro ekonomi lainnya yang juga dikoreksi pemerintah adalah tingkat produksi (lifting) minyak, yakni menjadi 810 ribu barel per hari (bph). Sementara dalam APBN 2016, lifting minyak ditargetkan sebesar 830 ribu barel per hari.
Berikut perbandingan asumsi makro realisasi APBN 2015, APBN 2016, dan RAPBNP 2016:
Asumsi Makro Realisasi 2015 APBN 2016 RAPBNP 2016
Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,79 5,3 5,3
Inflasi (%) 3,35 4,7 4
Bunga SPN 3 bulan (%) 5,97 5,5 5,5
Kurs (Rp/US$) 13.392 13.900 13.500
Harga minyak mentah (US$/barel) 49 50 35
Produksi minyak (barel per hari) 777.600 830.000 810.000
Produksi gas (setara barel per hari) 1.195.400 1.155.000 1.155.000
cnn/radarriaunet.com