Politisi Transgender Raih Kursi di Parlemen Filipina
Politisi transgender, Geraldine Roman, berhasil meraih dukungan masyarakat dan mengamankan kursi di parlemen Filipina. Reuters/Romeo Ranoco/Cnn

Politisi Transgender Raih Kursi di Parlemen Filipina

Rabu, 11 Mei 2016|17:45:02 WIB




RADARRIAUNET.COM - Geraldine Roman merayakan kemenangannya setelah berhasil menjadi politisi transgender pertama yang memenangkan kursi di kongres Filipina, negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik. 
 
Setelah berhasil meraih dukungan rakyat dalam pemilihan umum yang digelar Senin (9/5), kemenangan Roman juga dielukan oleh kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) dan dinilai memberi harapan atas penegakan HAM kaum LGBT di Filipina, di mana umumnya gereja melarang perceraian, aborsi dan pernikahan sesama jenis.
 
"Politik kefanatikan, kebencian dan diskriminasi tidak akan menang. Yang akan menang adalah politik yang mencintai, menerima dan menghormati," kata Roman setelah kemenangannya di kongres, mewakili daerah pertanian Batan, wilayah di barat laut Manila, dikutip dari The Guardian, Rabu (11/5). 
 
Roman, yang beragama Katolik, berharap menjadi anggota parlemen agar bisa menanggapi kritik terhadapnya terkait pencalonannya yang dinilai tidak serius.
 
"Saya senang, sangat sangat senang. Saya juga bersemangat untuk bekerja. Saya menyadari beban semakin berat karena stereotipe [LGBT]... kami diremehkan, kami tidak punya kekuatan untuk bicara, jadi saya harus membuktikan bahwa mereka salah," katanya.
 
Dengan kemenangannya, Roman merupakan politisi LGBT dengan jabatan tertinggi di Filipina. Sejumlah pejabat Filipina lainnya menolak mengakui orientasi seksual mereka karena takut kehilangan dukungan dari dari gereja Katolik dan kelompok agama lain.
 
Sebagai orang baru di dunia politik, Roman akan mewarisi jabatan ibunya sebagai wakil dari Bataan. Selama tiga generasi, keluarga Roman telah berkecimpung di dunia politik di daerah itu. 
 
Ayah Roman merupakan mantan anggota kongres yang meninggal pada 2014, mendorong dia untuk menjadi penerus keluarga di dunia politik.
 
Politik dinasti memang mendominasi di Filipina, dari tingkat lokal hingga nasional. Sistem politik ini secara luas dianggap mendukung keberhasilan Roman.
 
Namun, para pemilih dari Bataan terlihat sangat mendukung Roman, yang berhasil meraih 62 persen dari perhitungan suara. 
 
"Dia juga seorang manusia. Kami mempunya hak. Bukan masalah buat saya bahwa dia seorang transgender," kata seorang petani, Bern Salenga saat kampanye Roman sebelum pemilu.
 
Roman hidup sebagai seorang wanita selama dua dekade. Dia memiliki karir yang sukses sebagai senior editor di Kantor Berita Spanyol. Dia fasih berbicara bahasa Spanyol, Perancis dan Italia dan dia juga mendapatkan beasiswa untuk belajar di Spanyol.
 
Dia menjalani operasi ganti kelamin dan resmi berganti nama dan jenis kelamin pada 1990-an. Dia menyerukan bahwa pengakuan yang kini dia raih dapat juga dimiliki oleh orang-orang transgender lainnya.
 
Pada 2001, Filipina mengesahkan kebijakan yang memperbolehkan kaum transgender mengubah nama dan jenis kelamin mereka. Dalam kampanyenya, Roman bersumpah akan memperjuangkan kesetaraan dan mendorong undang-undang antidiskriminasi, yang menjamin perlakuan yang sama di tempat kerja, sekolah, perusahaan komersil dan kantor pemerintahan.
 
Meskipun penegakan HAM bagi kaum transgender menjadi perhatian utamanya saat ini, Roman juga berjanji akan memprioritaskan kebutuhan warga Bataan dan membantu murid-murid yang miskin untuk mendapatkan beasiswa.
 
"Kesetaraan tidak hanya dalam hal jenis kelamin tapi juga status sosial ekonomi. Kaya atau miskin bukan masalah. Apakah terdidik atau tidak, orang-orang memiliki kesempatan yang sama jadi saya akan memperhatikan lebih banyak masalah di luar gender," katanya.
 
Dengan kemenangannya ini, Roman berharap kelompok LGBT di Filipina dapat terinspirasi untuk bergabung dengan pemerintahan.
 
"Saya ingin menginsipirasi semua orang. Ada banyak faktor diskriminasi: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, agama. Untuk semua orang yang pernah mengalami diskriminasi, saya ingin menginspirasi mereka," katanya. 
 
 
 
alex harefa/cnn/rrn






Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita NEWS

MORE

MOST POPULAR ARTICLE