RADARRIAUNET.COM - Badan Narkotika Nasional menggagalkan upaya penyelundupan narkotik jenis sabu, ekstasi, dan H5 yang dibawa dari Malaysia menuju Medan, Sumatera Utara.
Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (28/10), mengatakan barang bukti yang disita sebanyak 38.999 gram sabu, 98.690 butir ekstasi, dan 50.000 butir H5.
"Dalam penindakan ini kita menangkap dua tersangka. Satu meninggal karena melakukan upaya perlawanan," kata Budi.
Dua tersangka yang ditangkap adalah pria asal Aceh Tamiang berinisial M (33) dan AM (54) yang diduga sebagai kurir. Sementara tersangka yang tewas diterjang peluru petugas berinisial JUM.
Mereka ditangkap di Kompleks Perumahan Imperium Lingkungan 4 Jalan TB Simatupang, Sunggal, Kecamatan Medan Sunggat, Sumatera Utara, pada Selasa (18/10).
Penggagalan penyelundupan narkotika ini berawal dari hasil penyelidikan, bahwa akan adanya pengiriman narkotik dari Malaysia menuju lndonesia.
"Sekitar 19.00 WIB malam. Diikuti terus anggota sampai pemilik barang bisa ditemukan," kata Budi.
JUM adalah pemilik seluruh barang bukti tersebut. Dia juga diduga berperan sebagai pengendali utama jaringan ini.
"Dia menghindar dan waktu dikejar anggota berupaya melawan. Karena itulah kami tindak tegas daripada membahayakan anggota," ujar mantan Kepala Bareskrim Polri.
Mereka tertangkap tangan sedang membawa barang haram tersebut dalam empat buah tas ransel yang diletakkan di bagian belakang mobil.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, keduanya merupakan anggota jaringan sindikat narkotik internasional Aceh-Malaysia.
Barang yang mereka edarkan rencananya akan disalurkan kepada para pembeli yang sudah memesannya untuk kemudian diteruskan ke beberapa wilayah Indonesia, seperti Pekanbaru, Banda Aceh, Lampung, Banjarmasin, Palu, Surabaya, dan Jakarta.
Atas perbuatannya, para tersangka terancam Pasal 114 ayat 2, 112 ayat 2 Jo Pasal 132 ayat 1, UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman maksimal pidana mati. BNN Mengklaim penindakan ini menyelamatkan kurang lebih 300.000 jiwa dari bahaya penyalahgunaan narkotik.
"Kita bukan berhenti di sini. Kita yakin jaringan masih ada. Jaringan terus bekerja. Masih ada jaringan selanjutnya," ujar Budi.
Jalur penyelundupan
Sementara itu, Deputi Pemberantasan BNN Inspektur Jenderal Arman Depari mengatakan banyaknya narkotik yang disalurkan para pelaku berhubungan dengan momentum jelang perayaan tahun baru.
"Karena libur bagi orang yang ingin happy maka mereka menyiapkan stok. Karena itu akhir tahun tinggi angkanya," kata Arman.
Dia juga menjelaskan, pantai timur Sumatera adalah tempat yang rawan penyelundupan narkotik. Ada banyak jalan masuk yang sulit dipantau di sepanjang pesisir tersebut.
Jaringan ini telah mengorganisir jalur transportasi yang akan digunakan. Mereka menggunakan speed boat menyeberangi Selat Malaka selama kurang lebih tujuh jam perjalanan.
"Kemudian di Aceh Timur diterima, dipisahkan mana yang akan dikirim ke Medan dan Aceh. Di Medan akan dipisahkan lagi," kata Arman.
Dari sana, baru narkotik disalurkan kembali ke sejumlah kota yang telah disebutkan untuk dijual kepada konsumen.
"Sehingga kita cegat jangan sampai beredar ke masyarakat. Pencegatan itu paling banyak di perbatasan. Kalau sudah sampai ke masyarakat itu susah ditemukan," ujarnya.
cnn/radarriaunet.com