Selasa, 12 Maret 2019|16:43:50 WIB
Radarriaunet.com: Sekitar 17 orang dinyatakan tewas akibat pemadaman listrik besar-besaran di Venezuela selama empat hari, sejak Kamis sore pekan lalu. Ketiadaan akses listrik di 70 persen wilayah Venezuela telah menghalangi beroperasinya rumah sakit. Hal itu secara otomatis meningkatkan risiko pasien tidak tertolong.
Pemimpin oposisi, Juan Guaido menyatakan tragedi itu sebagai pembunuhan oleh Presiden Nicolas Maduro. Jumlah korban tewas juga didapatkan dari data oposisi.
Pemadaman listrik juga telah berimbas pada kerugian materil, dimana sekitar USD 400 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun yang harus ditanggung oleh pihak swasta.
"Venezuela benar-benar sudah runtuh," kata Guaido dalam sebuah wawancara di sebuah kamar hotel, seperti sitat Merdeka.com, Selasa (12/3/2019).
"Tidak ada layanan di rumah sakit. Ini adalah sebagian rumah sakit terbaik di negara ini. Jika kita berada di ibukota seperti beberapa kilometer di pusat Venezuela, tidak ada atau hanya sangat sedikit BBM, ditambah dengan pemadaman listrik, tidak ada barang pokok, serta transportasi umum yang tidak efisien. Anda dapat mengatakan, secara penuh tanggung jawab, bahwa Venezuela telah runtuh," jelasnya.
"Bayangkan jika di negara Anda, Anda bangun dengan berita bahwa sudah ada empat hari tanpa listrik, karena mereka mencuri dari pembangkit listrik dan 17 orang tewas karenanya. Itu pembunuhan," kecamnya.
Sementara itu, Nicolas Maduro justru menyalahkan Amerika Serikat (AS) terkait pemadaman listrik massal tersebut. Di depan para pendukungnya pada Sabtu lalu, Maduro mengatakan jaringan listrik telah disabotase AS.
Maduro juga menuding AS sengaja telah menghubungkan pemadaman itu terhadap citra ketidakmampuan pemerintahannya. Hal itu khususnya dalam menyelesaikan permasalahan dalam negeri, yang menyangkut kebutuhan pokok dan vital warga negara.
Pernyataan ini mengundang tanggapan Guaido. Pimpinan oposisi itu mengatakan tuduhan Maduro terhadap serangan AS sangat tidak masuk akal. Menurutnya, pembangkit listrik utama Venezuela cenderung telah usang. Mesin analog juga disebut tidak terhubung ke jaringan apapun.
"Kami berada di tengah-tengah bencana yang bukan karena bencana badai, bukan juga akibat tsunami. Ini adalah produk dari ketidakefisienan, ketidakmampuan, (serta) korupsi rezim yang tidak peduli dengan kehidupan rakyat Venezuela," kata dia.
Pada konferensi pers pada Minggu lalu, Guaido menyatakan akan menyerukan keadaan darurat nasional dalam sidang khusus parlemen pada hari Senin.
Dia mengatakan pembicaraan telah diadakan dengan Jerman, Jepang, Brasil dan Kolombia untuk mendapatkan bantuan dari mereka, khususnya terkait krisis listrik yang tengah dihadapi.
Guaido mengatakan bahwa terdapat sekitar USD 1,5 miliar atau sekitar Rp 21,4 triliun akan didapatkan dari organisasi multilateral untuk memberikan layanan vital dan pokok di Venezuela. Kendati demikian, Guaido tidak merinci dari mana sumber uang akan didapatkan dan di mana uang itu berada.
RRN/Merdeka.com