Kamis, 27 Oktober 2016|09:44:40 WIB
RADARRIAUNET.COM - Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, sore ini melepas keberangkatan perdana kapal tol laut logistik Natuna di Pelabuhan Tanjung Priok. Kapal KM Caraka Jaya Niaga III yang digunakan sebagai kapal tol laut tersebut, akan beroperasi secara berjadwal untuk melayani kebutuhan logistik di pulau Natuna.
Kapal tersebut memiliki bobot besar yaitu 3.000 DWT, sehingga diharapkan mampu mengatasi segala kondisi cuaca untuk menjamin kepastian jadwal kapal.
Kapal yang mengangkut logistik berupa kebutuhan bahan pokok tersebut diperkirakan tiba di Natuna pada 29 Oktober 2016, dan akan beroperasi dengan frekuensi kedatangan kapal setiap 14 hari atau 2 kali dalam sebulan dengan rute Jakarta–Natuna-Tarempa-Jakarta. Model Tol Laut Logistik ini secara bertahap akan diterapkan ke wilayah lain.
"Ini sebuah terobosan besar. Tol Laut Logistik Natuna ini akan berupaya menekan disparitas harga, sehingga masyarakat di Natuna bisa mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau," kata Budi, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10/2016).
Sebagai informasi, Tol Laut Logistik ini merupakan program yang digagas Kemenhub dengan skema kerja sama sinergi BUMN, yang menyediakan sarana dan prasarana transportasi serta bahan komoditas yang diangkut.
BUMN yang terlibat yakni PT Pelabuhan Indonesia II dengan anak perusahaan PT MTI (Multi Terminal Indonesia), PT Pelni dengan anak Perusahaan PT Pelni Logistik, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Ketiganya membentuk satu konsorsium dengan menggunakan metode mendekatkan gudang ke masyarakat.
Konsorsium menyediakan sarana dan prasarana transportasi untuk mengirim barang kebutuhan pokok sampai ke gudang di Pulau Natuna. Distributor di Pulau Natuna dapat menjual barang kebutuhan pokok tersebut kepada masyarakat dengan batas harga maksimal 10% dari harga di Jakarta.
Lebih lanjut, menurut Budi, indikator keberhasilan dari model tol laut logistik di Natuna ini yaitu, secara jangka pendek, diharapkan dapat menurunkan waktu bongkar muat, menurunkan harga barang, dan menjamin ketersediaan stok bahan kebutuhan pokok.
Sementara jangka panjangnya diharapkan dapat menekan disparitas harga barang sehingga harga di Natuna tidak jauh berbeda dengan harga di Pulau Jawa.
dtc/fn/radarriaunet.com