Penerapan Arsitektur Rumah Tinggal China di Indonesia
Macam-macam bentuk atap China, yang paling sering digunakan di Indonesia adalah bentuk atap Ngang Shan. sekarnegari.wordpress.com

Penerapan Arsitektur Rumah Tinggal China di Indonesia

Jumat, 09 September 2016|14:58:26 WIB




RADARRIAUNET.COM - Secara budaya masyarakat Tionghoa-Indonesia dapat dibagi menjadi kalangan peranakan berbahasa Indonesia dan kalangan totok berbahasa Tionghoa. (Suryadinata,2005:1). Orang-orang Tionghoa yang ada di Indonesia sekarang, dulunya sebagian besar berasal dari propinsi-propinsi Tiongkok Selatan (Guangdong dan Fujian).

Kebanyakan mereka ini berasal dari kalangan pekerja (buruh, petani, nelayan dan sebagainya). Maka arsitektur yang dibawanya menunjukkan tradisi kerakyatan.

Suatu bentuk fisik dari kebudayaan yang merupakan kebutuhan akan nilai, usaha untuk mewujudkan keinginan, impian dari kebutuhan manusia. Hal yang demikian tentunya jauh dari tradisi besar arsitektur (the grand architectural tradition) di Tiongkok, yang meliputi struktur imperial dari daerah Tiongkok Utara, yang tidak berhubungan langsung dengan kebudayaan mayoritas rakyatnya.

Kohl dalam Hadinoto menulis dalam buku “Chinese Architecture in The Straits Settlements and Western Malaya”,memberikan semacam petunjuk terutama bagi orang awam, bagaimana melihat ciri-ciri dari arsitektur orang Tionghoa yang ada terutama di Asia Tenggara. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. “courtyard”
Courtyard merupakan ruang terbuka pada rumah Tionghoa. Ruang terbuka ini sifatnya lebih privat. Biasanya digabung dengan kebun/taman. Rumah-rumah gaya Tiongkok Utara sering terdapat courtyard yang luas dan kadang-kadang lebih dari satu, dengan suasana yang romantis. Tapi di daerah Tiongkok Selatan dimana banyak orang Tionghoa Indonesia berasal, courtyard nya lebih sempit karena lebar kapling rumahnya tidak terlalu besar. Rumah-rumah orang-orang Tionghoa Indonesia yang ada di daerah Pecinan jarang mempunyai courtyard. Kalaupun ada ini lebih berfungsi untuk memasukkan cahaya alami siang hari atau untuk ventilasi saja. Courtyard pada arsitektur Tionghoa di Indonesia biasanya diganti dengan teras-teras yang cukup lebar.

Arah hadap yang diminati adalah arah selatan karena kehangatan datang dari selatan. Arah kedua yang diminati adalah arah timur yaitu arah matahari terbit. Penataan ruang mengikuti fengshui.

Feng shui mengenal empat orientasi kompas yang pokok: utara (melambangkan air), timur (melambangkan kayu), selatan (melambangkan api), dan barat (melambangkan logam). Setiap elemen berperan dan sarat dibebani dengan maknanya masing masing. Oleh sebab itu fungsi domestik (rumah tinggal) secara sederhana dikaitkan dengan arti elemen tersebut.

Sebagai contoh, api dikaitkan dengan fungsi dapur, karena di sana ada kegiatan yang melibatkan unsur api. Air dikaitkan dengan fungsi-fungsi yang basah, seperti mencuci dan kamar mandi/WC. Karena sebagian dari fungsi itu adalah fungsi servis, maka ada deretan bangunan yang diletakkan pada sisi paling belakang untuk menunjang fungsi rumah tinggal. Bangunan utama rumah court-yard diletakkan pada sektor utara, juga menghadap ke selatan.

Sisi timur diasosiasikan dengan matahari terbit, jadi terkait dengan kegiatan bekerja di lingkungan rumah tangga. Sedangkan sisi barat adalah arah matahari terbenam, yaitu sesuai untuk kegiatan beristirahat dan tidur.

Dari segi arsitektur tentu saja penempatan ruang tidur pada sektor barat di rumah court-yard akan menguntungkan. Karena dengan demikian jendela kamar akan menghadap ke timur, jadi masih dingin pada pagi hari, dan pada siang hari tidak terkena matahari barat.

2. Penekanan pada bentuk atap yang khas
Diantara semua bentuk atap, hanya ada beberapa yang paling banyak di pakai di Indonesia. Diantaranya jenis atap pelana dengan ujung yang melengkung keatas yang disebut sebagai model Ngang Shan.

3. Elemen-elemen struktural yang terbuka (yang kadang-kadang disertai dengan ornamen ragam hias)
Ukir-ukiran serta konstruksi kayu sebagai bagian dari struktur bangunan pada arsitektur Tionghoa, dapat dilihat sebagai ciri khas pada bangunan Tionghoa. Detail-detail konstruktif seperti penyangga atap (tou kung), atau pertemuan antara kolom dan balok, bahkan rangka atapnya dibuat sedemikian indah, sehingga tidak perlu ditutupi.

4. Penggunaan warna yang khas.
Warna pada arsitektur Tionghoa mempunyai makna simbolik. Warna tertentu pada umumnya diberikan pada elemen yang spesifik pada bangunan. Meskipun banyak warna-warna yang digunakan pada bangunan, tapi warna merah dan kuning keemasan paling banyak dipakai dalam arsitektur Tionghoa di Indonesia. Warna merah banyak dipakai di dekorasi interior, dan umumnya dipakai untuk warna pilar. Merah menyimbolkan warna api dan darah, yang dihubungkan dengan kemakmuran dan keberuntungan. Merah juga simbol kebajikan, kebenaran dan ketulusan. Warna merah juga dihubungkan dengan arah, yaitu arah Selatan, serta sesuatu yang positif. Itulah sebabnya warna merah sering dipakai dalam arsitektur Tionghoa.

Asal usul Pecinan
Bangsa Tionghoa yang merantau mulai masuk ke negara Indonesia pada abad ke-7. Pada abad ke-11, mereka mulai tinggal di wilayah Indonesia, terutama di pesisir timur Sumatra dan Kalimantan Barat. Kemudian pada abad ke-14, ada warga Tionghoa yang mulai bermigrasi ke Pulau Jawa, terutama di sepanjang pantai utara Jawa. Perpindahan ini merupakan akibat dari aktivitas perdagangan antara India dan Tiongkok melalui jalur laut. Pecinan yang terdapat di kota - kota pedalaman Pulau Jawa mulai berkembang pesat pada abad ke 19, pada jaman penjajahan Belanda.


Tujuan pemerintah Belanda mengembangkan kawasan Pecinan ini adalah untuk memperluas jalur distribusi hasil bumi. Warga Tionghoa yang merantau ini mudah membaur dengan penduduk lokal sehingga mereka pun diterima dengan baik. Para perantau yang membawa keluarga mereka, kemudian membentuk perkampungan yang disebut dengan Kampung China atau Pecinan. Tak hanya ke Indonesia saja, bangsa Tionghoa juga merantau ke negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Singapura. Mereka juga merantau ke belahan dunia lain, seperti Kanada, Amerika Serikat, Eropa, dan negara lainnya. Saat ini, kawasan Pecinan yang ada di sana tidak hanya menjadi tempat berkumpul sesama warga Tionghoa dan keturunannya.


Kawasan-kawasan ini telah menjadi tujuan wisata. Gaya bangunannya yang khas menarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan Pecinan. Toko-toko yang menjual suvenir, toko obat, dan restoran juga menjadi minat wisatawan untuk berkunjung.


sekarnegari.wordpress.com/fn/radarriaunet.com







Berita Terkait

Baca Juga Kumpulan Berita NEWS

MORE

MOST POPULAR ARTICLE